.

Sabtu, 16 Juli 2011

REALITA BUSUK

Semoga dalam penyampaian bahasan yang saya paparkan tidak melenceng dari artinya karena saya sungguh berusaha sejujur-jujurnya untuk menyampaikan isi dari kepala saya dengan harapan dapat ditoleransi apa adanya.
ketika saya berfikir untuk mengawali tulisan ini.. munculah sebuah pertanyaan besar; Seperti apakah kita sekarang?
Diantara berjuta keseragaman orang di muka bumi ini, dalam bentukan hati setiap korban kebudayaan dan keharusan yang sangat umum. Ada batasan yang dapat diruntuhkan apabila kita tidak melihat dari tumpuka tradisi semata.
Cobalah melangkah lebih lebar dari biasanya dengan begitu kita tidak akan terjerat siklus kejenuhan dan menghindarkan tubuh hanya sebagai mesin penopang kehiduoan semu.
Saya tidak bicara soal politik, ras atau kepentingan materi. Ini tentang batasan logika dan kebebasan hati. Seringkali kita sudah merasa aman karana tengah berada satu arah di jalan yang dianggap kebanyakan orang benar dan tidak melanggar aturan-aturan di dalamnya tapi kita tidak begitu menyadari luasnya kesempatan yang dapat dijejaki oleh manusia. HIdup ini sungguh luar biasa kompleks dan terkadang manusia tak elaknya dengan tikus percobaan yang tidak punya pilihan. 
Harta dan derajat sangat cocok dijadikan umpan manis menuju kurungan tradisi. Tanpa disadari kita seakan diberi suntikan penenang karena telah tercukupi segala kebutuhannya dan ternyata kita akan terhenyak begitu tau kejayaan manusia adalah bohong besar. Saya merasa itu sebuah kekeliruan dan menyempitkan akal hanya sebatas penglihatan yang telah di racuni dunia.

Silahkan jika ingin ditipu mentah-mentah sebuah peradaban dan jadilah orang tanpa kepribadian yang setiap waktu membohongi diri sendiri sambil mengunyah rekayasa materi sampah. Mungkin semakin lama, jiwa akan dituntun membaur bersama orang-orang serupa yang hidup beralas norma dan batasan hukum kebodohan.
Keselarasan seluruh mata rantai dari kemunafikan suatu tradisi sangat didukung pemerintah (penguasa realita busuk)sehingga para diktator memegang ratting pertama dari sistem penjara terbuka ini.

Lalu kenapa kita tidak mencoba keluar dari penjajahan yang kasat mata ini? malah semakin banyak orang terperangkap dalam drama keduniawian untuk menghabiskan sisa umurya demi mendapat kesempatan memakai jas dan dasi. Mungkin jawabannya akal fikiran kita terlajur terhisap mengikuti aturan main yang ada sehingga tak berdaya telah dirampas sebagian jiwanya.
Manusia hidup butuh uang, sepertinya butuh materi berllimpah untuk meraih segalanya termasuk harga diri sudah dapat di beli karena ulah peradaban. Kita memang tidak bisa mengubah muka dunia yang sudah tercipta sedemikian rupa dengan para penerus bangsa yang sudah pasti dibentuk akan selalu buta pada batasan-batasan yang ada dalam fikirannya.
Seandainya ada hal yang dapat secara global membangunka para budak setia kepura-puraan ini?
Sepertinya orang sudah terbiasa berucap manis hanya di mulut saja tanpa dasar pemikiran yang jelas, dapat dikatakan sekedar bunyi-bunyian nyaring yang dengan cepat hilang begitu lawan bicara pun pergi. Sungguh memuakan hasil yang ditimbulkan salah satu norma di negeri ini. Dapat memunculkan orang-orang bermuka dua bahkan bermuka seribu.
Saya tidak dapat berbuat banyak menyaksikan fenomena tersendiri seperti ini, hanya saja saya merasa gerah, heran dan sedikit geli melihat semua kegilaan dan perkembangan faham yang membelenggu manusia menjadi semakin kaku.
Memang siapa saya?
Saya hanyalah seorang pelanggar (menurut aturan peradaban) yang tidak ingin semakin mati jiwanya seperti kebanykan orang. Dikehidupan ini saya lebih memilih jalan tenang sendiri dibanding harus seperti orang yang penuh kepalsuan demi mengabdikan dirinya untuk peradaban konyol.
Kemudahan berkomunikasi tentu menjadi kabar baik bagi semua orang khususnya para penerjun kemapanan tentu kabar baik juga untuk pelajar sepeti saya (dampak positif yang kurang alami). Media komunikasi juga dapat menjadi faktor terlahirnya pemikiran-poemikiran primitif yang terlanjur dianngap mutakhir seperti sekarang dan kondisinya sudah cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap pasang mata dan telinga penduduk Indonesia di suguhi tayangan dan siaran fantasi-fantasi dungu yang kebanyakan di kutip dari kebudayaan asing sehingga mengubah budaya yang sudah terkontaminasi menjadi semakin menggelikan.
semua orang disatujurusankan, di beri arahan yang sama bahkan diharuskan memkai seragam yang serupa, membuat jati diri hati manusia semakin pudar. Apakah anda salah satu orang yang telah merasa "didandani" menyerupai badut yang setiap saat harus berubah warna sesuai dengan tuntutan zaman agar tetap bisa bernafas?
Dimana letak keindahan hidup bila pandangan ini disuguhi tembok tebal yang transparan. Jadi mari ubah persepsi untuk mendapatkan ketenangan hati dengan perlahan kita singkirkan keharusan kaku untuk mewujudkan kebebasan nyata demi mengembalikan jiwa yang penuh cinta. Awalin dengan memimpin diri sendiri menuju segala kepastian sehingga membentuk prinsip yang kuat unutk tidak menjadi boneka undang-undang.
Saya tidak menampik kalau saya pun harus melihat dari sisi kemanusian kerena disisi lain peradaban memang sangatlah memaksa untuk sebagian mayoritas orang. Tidak ada yang salah untuk pilihan hidup manapun. Di sini saya sekadar berbagi kejenuhan akan keseragaman manusia di bodohi oleh zaman.
Hanya satu tempat teduh bagi saya untuk berbincang tanpa ragu dan tanpa basa-basi keegoisan tentang segala hal. Saya merasa Allah SWT sangat bermurah hati kepada kita. Bagaimana tidak setelah yang saya rasakan selama ini saya sangat bersyukur atas kesungguhan hati yang menentramkan.

sumber : Aries herisman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar